-->

Minggu, 11 November 2012

Penyandang Autis Perlu Perhatian Orang Tua




Seorang bocah penyandang autis dituntun oleh pembimbingnya saat mengikuti terapi di Pusat Rehabilitasi Anak Terapi Terpadu, Medan, Rabu (27/6). Kurangnya perhatian pemerintah terhadap penyandang autis mengakibatkan sejumlah penyandang tidak dapat tempat dimasyarakat dan mulai di marginalkan.Medan, (Analisa). Anak yang menderita autis perlu ditangani secara dini oleh orang tua, sebab bila dibiarkan tingkat autis seorang anak akan mencapai pada titik di mana anak tidak bisa berbuat apa-apa. "Anak autis, bila ditangani secara dini maka autis dapat diminimalisir. Anak dapat diarahkan untuk berprilaku secara normal," ujar Terapis Autis Profesional di Yayasan Isadd Indonesia Endah Pratiwi kepada Analisa, Sabtu (23/6).Endah menjelaskan, bahwa anak autis tidak bisa disembuhkan, namun dengan pola pembelajaran yang tepat seorang anak autis akan mencapai level high function, bahkan dapat disekolahkan ke sekolah umum. Disamping peran terapis membantu perkembangan anak autis, peran orang tua juga sangat dibutuhkan, sebab seorang anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang tuanya."Kesadaran orang tua untuk membantu perkembangan anaknya turut menentukan seorang anak mengalami progress dalam pertumbuhannya, bila orang tua sibuk dan hanya menyerahkan anak tersebut ke baby sitter dan terapis saja perkembangannya akan lambat. Orang tua harus lebih berperan aktif," katanya.Deteksi secara dini, tambah Endah, turut pula membantu menumbuhkembangkan perilaku anak autis seperti anak normal. Bila seorang anak pada usia hitungan bulan kurang merespon candaan, tidak bisa bermain pura-pura, tidak mampu berinteraksi, maka ada indikasi seorang anak menderita autis dan harus dibawa ke dokter anak untuk penanganan dininya.Kurangnya perhatianEndah pun turut menyayangkan minimnya peran perhatian pemerintah bagi penyandang autis, tidak hanya itu, menurutnya tenaga doker spesialis anak yang ada pun kurang memahami gejala autis. Hal tersebut mengakibatkan anak autis terlambat penanganannya."Menurut psikolog ada tahapan autis, yang pertama clasic, asperger dan high function. Pada tingkatan clasic anak autis tidak akan mampu berbuat apa-apa, bahkan bicara pun tidak bisa. Sedangkan pada tingkatan berikutnya seorang anak sudah mampu berinteraksi dan mengerjakan suatu kegiatan. Sedangkan high funcion, seorang anak dapat disekolahkan ke sekolah umum karena dianggap mampu menerima pelajaran seperti halnya anak normal," katanya.Untuk itu ia berharap, pemerintah lebih memperhatikan anak-anak autis, kepedulian dan penerimaan terhadap anak dengan penyandang autis harus lebih dikampanyekan. Pemerintah harus peduli."Selama ini kebanyakan hanya kalangan keluarga yang mampu saja yang dapat menterapis anaknya yang autis, sementara masyarakat golongan bawah, karena tidak ada dana hanya mampu pasrah. Disinilah peran pemerintah dibutuhkan, bila ada program pemerintah untuk penanganan anak autis secara dini, kami para terapis bersedia jadi relawan, bahkan tanpa digaji" katanya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar