Denpasar (ANTARA News) - Puluhan anak penyandang autis di Bali unjuk kebolehan berkesenian, di Denpasar, Kamis. Sungguh semarak suasananya, mulai dari menari sesuai irama sampai tidak mau turun dari panggung.
Mereka merupakan
siswa-siswa berkeperluan khusus dari Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan
Khusus Denpasar, mereka beratraksi seni guna menyemarakkan Hari Autis
Internasional di sana. Usia ke-67 siswa di sana antara tiga dan 18
tahun.
"Sekaligus hari ini kami rangkaikan dengan penyerahan hadiah bagi
anak-anak autis di sini yang telah memenangkan berbagai perlombaan," kata
Pengelola Harian Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus Denpasar, Nyoman
Yudiarini, di Denpasar.
Mereka membawakan tari Bali, menyanyi, hingga
membaca puisi. Di atas panggung, mereka tampak ada yang menyanyi dan menari
sesuai irama, namun ada pula dengan gaya berjingkrak-jingkrak, berteriak, hingga
menangis.
Karena terlalu bersemangat, malah ada yang tidak mau turun
panggung meskipun musik pengiring pementasan telah berhenti.
"Patut
dimaklumi, mereka ini anak-anak yang berkeperluan khusus, tentu apa ditampilkan
tidak sesempurna anak-anak normal. Namun, dengan kegiatan ini, kami ingin
memberi peluang dan kesempatan pada mereka agar bisa berkreasi," ujar
Yudiarini.
Kepercayaan diri para penyandang autis akan terbangun dengan
pentas semacam ini. Sesungguhnya di tengah keterbatasan yang dimiliki, mereka
mampu melakukan hal-hal yang biasa dikerjakan anak-anak normal.
"Masih
serangkaian peringatan Hari Autis Internasional, beberapa hari sebelumnya kami
juga mengadakan lomba memasang puzle, mengenakan baju, memakai kaos kaki dan
menyanyaikan lagu Garuda Pancasila," ucapnya.
Kegiatan itu, lanjut dia,
ditujukan untuk melatih kemandirian anak.
"Memang terkesan sederhana
lomba-lomba tersebut. Kami tidak pernah berpikiran muluk-muluk dulu, yang
terpenting kemandirian anak-anak autis dapat terbangun," kata Yudiarini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar