-->

Kamis, 22 November 2012

Penemuan Obat Autis Makin Prospektif


KOMPAS.com - Setelah sukses dalam tataran penelitian, peneliti berharap obat ini dapat digunakan untuk menawar gejala autisme pada manusia.


United State National Institutes of Health meneliti penggunaan obat GRN-529 untuk mengurangi gejala umum yang kerap ditunjukan para pengidap autis. Obat tersebut dapat membantu dua sel otak berkomunikasi satu dengan yang lain.

Meski selama ini beredar anggapan bahwa autis merupakan kelainan yang tidak bisa ditanggulangi dengan obat, peneliti meyakini bahwa penggunaan obat ini dapat mengurangi gejala autis. Caranya, dengan mengupayakan agar sel-sel otak saling berkomunikasi di sinapsis - celah antara sel otak manusia.

Uji coba dilakukan pada tikus-tikus yang berperilaku autis - ini berbeda dengan tikus yang memang mengidap autis. "Tikus-tikus autis" kurang dalam hal sosialisasi dan komunikasi dengan tikus lain. Mereka juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan kegiatan secara berulang-ulang terkait dirinya sendiri.

Setelah diinjeksi, tikus-tikus tersebut menunjukan perilaku yang lebih baik. Seperti mengurangi kegiatan yang berulang-ulang dan menunjukan peningkatan dalam tataran sosial. Para peneliti meyakini temuan tersebut meningkatkan peluang obat tersebut dapat digunakan dalam penanganan autis.

"Mengingat tingginya biaya, baik dalam bentuk uang maupun emosi, bagi keluarga, sekolah dan sistem perawatan kesehatan, kami berharap rangkaian penelitian ini dapat memenuhi kebutuhan obat yang mengatasi gejala-gejala mendasar," kata Dr Jacqueline Crawley, salah seorang peneliti dari National Institute of Mental Health.

Uta Frith, profesor perkembangan kognitif dari University College London mengatakan, "Proses-proses di sinapsis telah lama dicurigai sebagai asal mula autisme."

Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science Translational Medicine ini meski menunjukan gejala positif pada tikus, tidak begitu saja dapat diaplikasikan pada manusia. Butuh waktu lama dan serangkaian penelitian lanjutan untuk menguji kelayakannya pada manusia. Bahkan tak jarang suatu obat malah gagal diterapkan pada manusia meski berhasil pada hewan.

Perilaku autis diketahui berpengaruh pada 1 persen anak. Skalanya bervariasi dari ringan sampai berat. Gejalanya beragam, mulai dari kendala sosial, kendala bahasa, dan suka mengulang gerakan seperti mengetukan tangan. Selama ini pengidap autis diterapi melalui pendidikan khusus seperti terapi bicara dan perilaku. (Ni Ketut Susrini/BBC)

Keterbatasan Fisik Tak Menjadi Halangan Untuk Berprestasi


seputartuban.com – Keterbatasan fisik mungkin sebagain besar masyarakat menganggapnya dapat menjadi halangan untuk berprestasi. Apalagi bagi seorang anak-anak yang masih dalam perkembangan memiliki kebutuhan khusus, tentu bukan hal yang mudah untuk tetap menjadi yang terbaik.
Namun hal ini nampaknya tidak menjadi hambatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus dari SLB Negeri Semarang yang diundang secara khusus oleh Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Bina Anak Sholeh (BAS) dalam acara seminar nasional dengan thema “Menjadi Orang Tua dan Guru Luarbiasa” di Graha Sandiya, Komplek perumahan PT Semen Gresik, Sabtu (03/02/2012).
Dengan mengundang anak yang berkebutuhan khusus ini diharapkan dapat menjadi motivator bagi peserta seminar yang terdiri guru, orang tua, kepala sekolah dan tokoh masyarakat.
Dengan mendatangkan siswa dari SLBN Semarang yang siswanya memiliki keterbatasan tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita, anak autis, dan anak yang berkebutuhan khusus lainnya , namun tetap dapat berprestasi.
Anak-anak SLB Negeri Semarang ini mempunyai kemampuan dan bakat yang sangat beragam,seperti diantaranya Deni Muryadi (31), Siswa kelas XII SMP LBN Semarang ini sudah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai Pelantun dan Penghafal lagu terbanyak, yakni mampu menghafal dan menyanyikan 1000 lagu.
Jamaluddin (33), Siswa sekolah yang sama ini dengan berat badan 18 Kg dan tinggi 75 Cm namun dirinya mahir dalam Desain Grafis dengan menjadi juara tingkat nasional.
Sementara itu, Kharisma (13), anak autis juga tidak kalah prestasinya, meski usia yang masih belia dan memiliki kebutuhan khusus, namun tetap dapat menjadi luar biasa. Yakni anak autis umur 8 tahun yang sudah hafal 250 lagu, anak autis yang mempunyai group band pertama di dunia, anak autis yang sudah mempunyai banyak album lagu terbanyak versi Muri.
Dia juga pernah tampil di hadapan Istri Presiden RI, Ani Yhudhoyono dalam sebuah acara bakat anak autis,pada tanggal 13 agustus 2011 di jakarta,”saya kepingin jadi dokter yang hebat dan bisa mengobati semua orang,” ungkap Kharisma dengan tegas. Pada kesempatan ini Kharisma mendapat hadiah beasiswa pendidikan dan sebuah Ipad.

Saat anak autis berkesenian


Denpasar (ANTARA News) - Puluhan anak penyandang autis di Bali unjuk kebolehan berkesenian, di Denpasar, Kamis. Sungguh semarak suasananya, mulai dari menari sesuai irama sampai tidak mau turun dari panggung.

Mereka merupakan siswa-siswa berkeperluan khusus dari Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus Denpasar, mereka beratraksi seni guna menyemarakkan Hari Autis Internasional di sana. Usia ke-67 siswa di sana antara tiga dan 18 tahun.

"Sekaligus hari ini kami rangkaikan dengan penyerahan hadiah bagi anak-anak autis di sini yang telah memenangkan berbagai perlombaan," kata Pengelola Harian Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus Denpasar, Nyoman Yudiarini, di Denpasar.

Mereka membawakan tari Bali, menyanyi, hingga membaca puisi. Di atas panggung, mereka tampak ada yang menyanyi dan menari sesuai irama, namun ada pula dengan gaya berjingkrak-jingkrak, berteriak, hingga menangis.

Karena terlalu bersemangat, malah ada yang tidak mau turun panggung meskipun musik pengiring pementasan telah berhenti.

"Patut dimaklumi, mereka ini anak-anak yang berkeperluan khusus, tentu apa ditampilkan tidak sesempurna anak-anak normal. Namun, dengan kegiatan ini, kami ingin memberi peluang dan kesempatan pada mereka agar bisa berkreasi," ujar Yudiarini.

Kepercayaan diri para penyandang autis akan terbangun dengan pentas semacam ini. Sesungguhnya di tengah keterbatasan yang dimiliki, mereka mampu melakukan hal-hal yang biasa dikerjakan anak-anak normal. 

"Masih serangkaian peringatan Hari Autis Internasional, beberapa hari sebelumnya kami juga mengadakan lomba memasang puzle, mengenakan baju, memakai kaos kaki dan menyanyaikan lagu Garuda Pancasila," ucapnya.

Kegiatan itu, lanjut dia, ditujukan untuk melatih kemandirian anak.

"Memang terkesan sederhana lomba-lomba tersebut. Kami tidak pernah berpikiran muluk-muluk dulu, yang terpenting kemandirian anak-anak autis dapat terbangun," kata Yudiarini

10 Jenis Terapi Autisme


Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.
Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.
Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis). 

Rabu, 14 November 2012

PENDIDIKAN UNTUK ANAK AUTIS


Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, begitupun anak autis. Pendidikan anak autis memang mengalami kendala, karena gangguan perilaku yang biasa ditunjukkan oleh anak autis. Maraknya autisme pada anak menimbulkan berbagai keprihatinan bagi orangtua, bidang kesehatan dan juga pendidikan. Berbagai upaya telah dicoba oleh berbagai pihak baik secara parsial maupun secara integral untuk membantu anak autisme.
Salah satu upaya yang banyak adalah dengan mendirikan pusat-pusat terapi autisme yang juga berfungsi sebagai pusat pendidikan anak autis yang banyak bertujuan untuk membentuk perilaku positif dan mengembangkan kemampuan lain yang tarlambat, misalnya bicara, kemampuan motorik dan daya konsenterasi. Pusat terapi yang ada biasanya menerapakan metode behavioristic atau yang sering dikenal dengan terapi ABA (Applied Behavior Analysis) yang dikenalkan oleh Loovas (Sutardi, 2003).
Permasalahan yang muncul kemudian adalah bahwa penerapan ABA sendiri dibeberapa pusat terapi banyak yang menyimpang dari prosedur pelaksanaan sehingga banyak hal yang masih perlu diluruskan.
Metode ABA bertujuan untuk membentuk perilaku atau menguatkan perilaku yang positif dan menguarangi atau menghilangkan perilaku yang negatif atau tidak diinginkan. Kenyataan yang terjadi di beberapa pusat terapi bahkan memberikan efek samping yang kurang mengembirakan. Terapi sering kali disertai dengan bentakan, emosi negatif, ekpresi wajah menakutkan dan dengan nada suara tinggi. Bila hal ini dirasa kurang berhasil terapis tak segan- segan menerapkan hukuman-hukuman kecil yang semuamya di luar skenario ABA.
Model Pendidikan Terpadu Bagi Anak Autis
Kurikulum
Pendidikan anak autis di lembaga ini khususnya pada tingkat Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak. Kurikulum yang digunakan adalah sesuai dengan kurikulum Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak dari Diknas Plus yang disederhanakan. Tambahan kurikulum yang digunakan adalah dengan memberikan kegiatan wajib menari, olah raga, agama , terapi bicara, dan terapi perilaku.
Setiap hari anak mendapatkan kegiatan akademis sesuai dengan kurikulum misal: memahami warna, bentuk, ukuran, mewarnai, menempel, menguntai, menulis dan menyetempel, kolase dan menabung huruf untuk persiapan membaca. Setiap hari anak mendapatkan tiga buah kegiatan, dua kegiatan berupa tugas akademis dan satu kegiatan berupa kegiatan terapi.
Tugas akademis yang tidak selesai dikerjakan di sekolah dapat dikerjakan di rumah bersama orang tua. Sedangkan kegiatan terapi diatur sedemikian rupa secara bergantian antara kegiatan menari, terapi perilaku, terapi wicara dan olah raga. Setiap hari siswa mendapatkan waktu istirahat selama 45 menit mereka diberi kesempatan untuk bermain dan bergabung dengan anak kelompok bermain dan Taman Kanak- Kanak yang normal (tanpa gangguan).
Waktu yang diberikan sekolah selama empat jam (dari jam7.00 – jam11.00). Dua kegiatan akademis diberi waktu 2 jam, satu jam untuk kegiatan terapi, 45 menit istirahat dan bermain dan 15 menit makan bersama. Kegiatan dalam 1 bulan dijadwal sebagai berikut: Minggu 1 diberikan terapi perilaku, Minggu II terapi Wicara, Minggu III terapi perilaku dan koordinasi visual, Audio dan motorik dalam bentuk menari, dan Minggu IV terapi perilaku dan koordinasi visual, bodi motorik dalam bentuk olah raga. Mereka mendapatkan tambahan kegiatan berenang dan bermain drumband setiap dua minggu sekali pada setiap bulan.
Kegiatan terapi wicara dan perilaku metode yang digunakan adalah ABA modifikasi, artinya terapi dilakukan secara bergantian dan juga kelompok Pendekatan selama terapi adalah model kasih sayang, suasana diciptakan dalam ruang yang santai (agar anak tidak takut dan trauma) dengan suasana yang menyenangkan. Apabila ada perilaku yang agresif atau hiperaktif. Reward selalu diberikan ketika anak yang berhasil melakukan suatu perintah, dan bentuk reward sangat variatif. Mulai dari fisik, psikologis dan material.
Aturan yang dilakukan lembaga ini berlaku untuk semua siswa (baik siswa autisme maupun normal), seperti bersalaman dengan guru dan teman, mencium tangan guru dan orang tua, berdoa, makan bersama, mencuci tangan setelah bermain dan setelah makan, do’a sebelum dan sesudah makan, mengembalikan alat ke loker masing- masing. Kesempurnaan hasil bagi anak autisme bukan menjadi target utama, namun terbentuknya perilaku dan keterampilan sosial merupakan tujuan dari kegiatan bersama.

dikutip dari : http://progressio.muhardi.com

Selasa, 13 November 2012

TERAPI MAKANAN ANAK AUTIS


Terapi Diet pada Gangguan Autisme
Sampai saat ini belum ada obat atau diet khusus yang dapat memperbaiki struktur otak atau jaringan syaraf yang kelihatannya mendasari gangguan autisme. Seperti diketahui gejala yang timbul pada anak dengan gangguan autisme sangat bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual tergantung keadaan dan gejala yang timbul, tidak bisa diseragamkan. Namun akan sulit sekali membuat pedoman diet yang sifatnya sangat individual. Perlu diperhatikan bahwa anak dengan gangguan autisme umumnya sangat alergi terhadap beberapa makanan. Pengalaman dan perhatian orangtua dalam mengatur makanan dan mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu sangat bermanfaat dalam terapi selanjutnya. Terapi diet disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut beberapa contoh diet anak autisme.
1. Diet tanpa gluten dan tanpa kasein
Berbagai diet sering direkomendasikan untuk anak dengan gangguan autisme. Pada umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan kasein, yang berarti menghindari makanan dan minuman yang mengandung gluten dan kasein.
Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga “rumput” seperti gandung/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein susu. Pada orang sehat, mengonsumsi gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang serius/memicu timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan karena makanan pokok orang Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung gluten. Beberapa contoh resep masakan yang terdapat pada situs Autis.info ini diutamakan pada menu diet tanpa gluten dan tanpa kasein. Bila anak ternyata ada gangguan lain, maka tinggal menyesuaikan resep masakan tersebut dengan mengganti bahan makanan yang dianjurkan. Perbaikan/penurunan gejala autisme dengan diet khusus biasanya dapat dilihat dalam waktu antara 1-3 minggu. Apabila setelah beberapa bulan menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak cocok dan anak dapat diberi makanan seperti sebelumnya.
Makanan yang dihindari adalah :
  • Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-kue, cake, biscuit, kue kering, pizza, macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.
  • Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca label pada kemasannya.
  • Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju, mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.
  • Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe menggunakan fermentasi ragi.
  • Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.
Makanan yang dianjurkan adalah :

  • Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten, misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut, maizena, bihun, soun, dan sebagainya.
  • Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu kedelai, daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri dan kacang-kacangan lainnya.
  • Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung, tomat, wortel, timun, dan sebagainya.
  • Buah-buahan segar seperti anggur, apel, papaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, semangka, dan sebagainya.

2. Diet anti-yeast/ragi/jamur
Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya dengan gula, maka makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan jamur.
Makanan yang perlu dihindari adalah :
  • Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis roti, yang menggunakan gula dan yeast.
  • Semua jenis keju.
  • Daging, ikan atau ayam olahan seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet, dan lain-lain.
  • Macam-macam saus (saus tomat, saus cabai), bumbu/rempah, mustard, monosodium glutamate, macam-macam kecap, macam-macam acar (timun, bawang, zaitun) atau makanan yang menggunakan cuka, mayonnaise, atau salad dressing.
  • Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur merang, dan lain-lain.
  • Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune, dan lain-lain.
  • Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman beralkohol, dan semua minuman yang manis.
  • Sisa makanan juga tidak boleh diberikan karena jamur dapat tumbuh dengan cepat pada sisa makanan tersebut, kecuali disimpan dalam lemari es.
Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1-2 minggu. Setelah itu, untuk mencobanya biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala, berarti dapat dikonsumsi.
Makanan yang dianjurkan adalah :
  • Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras, kentang, ubi, singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat dari tepaung yang bukan tepung terigu.
  • Makanan sumber protein seperti daging, ikan, ayam, udang dan hasil laut lain yang segar.
  • Makanan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan (almod, mete, kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, dan lainnya). Namun, kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur.
  • Semua sayuran segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli, kol, kembang kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi, tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat, dan lain-lain.
  • Buah-buahan segar dalam jumlah terbatas.

3. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan
Anak autis umumnya menderita alergi berat. Makanan yang sering menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu, dan bias lebih banyak lagi. Cara mengatur makanan untuk anak alergi dan intoleransi makanan, pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya. Makanan yang diduga menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua makanan yang menggunakan telur harus dihindarkan. Makanan tersebut tidak harus dipantang seumur hidup. Dengan bertambahnya umur anak, makanan tersebut dapat diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit.

Cara mengatur makanan secara umum
  1. Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang rusak dan kegiatan sehari-hari.
  2. Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi jamur. Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan fruktosa lebih lambat disbanding gula/sukrosa.
  3. Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai, atau minyak olive. Bila perlu menambah konsumsi lemak, makanan dapat digoreng.
  4. Cukup mengonsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran dan buah-buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi per hari.
  5. Pilih makanan yang tidak menggunakan food additive (zat penambah rasa, zat pewarna, zat pengawet).
  6. Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan pemberian suplemen vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng, dan magnesium).
  7. Membaca label makanan untuk mengetahui komposisi makanan secara lengkap dan tanggal kadaluwarsanya.
  8. Berikan makanan yang cukup bervariasi. Bila makanan monoton, maka anak akan bosan.
  9. Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah dan sayuran segar
Sumber : Terapi Makanan Anak Dengan Gangguan Autisme

Sejarah Autis

Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:

* interaksi sosial,* komunikasi (bahasa dan bicara),
* perilaku-emosi,
* pola bermain,
* gangguan sensorik dan motorik
* perkembangan terlambat atau tidak normal.

Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.

Autis dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Perpasive Development Disorder) di luar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu:

1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.

Diagnosa Perpasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang (Howlin, 1998: 79). National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme.

Sumber : www.id.wikipedia.org